Dalam tidur yang hampir terlelap
Aku dikejutkan sebuah dering khas dari handphone ku
Pertanda sebuah pesan masuk
Ah, pasti dari Abang, pikirku
Ingin abaikan, tapi penasaran juga
Intip sajalah, seru dalam hati
Ku buka separuh notif
Ku dapatkan si pengirim pesanku tak bernama
Ini bukan nomor Abang
Nomornya tak asing
Aku tau nomor ini
...
Aku terpaku
Pikiranku berkecamuk
Dihujani berjuta pertanyaan
Benarkah ini dia?
Iya ini benar dia
Ada apa ya?
Jangan-jangan aku hanya sedang bermimpi
Ku buka perlahan pesanku
Iya. Benar dia.
Dia.
Yang dulu meninggalkan aku dalam keadaan luka lama kembali menganga
Dia.
Yang sempat mengubah malam malam ku menjadi malam yang romantik
Dia.
Yang selama ini telahku ikhlaskan, muncul lagi dihadapan.
20 menit aku terpaku
Menatap pilu penuh ragu
Namun rindu masih menggebu
Ah, ku balas seadanya saja
Tapi, khawatir ini tak bisa ku pungkiri
Kamu kenapa? Tanyaku
Jawabnya cukup mengukir senyum kecil dibibirku
Syukurlah
Percakapan kecil menghiasi chat room kami
Hanya percakapan kecil
Ku tak ingin mengharapkan apa apa lagi
Segera ku coba akhiri dengan doa terbaik untuknya
Baru sebentar ku pejamkan mataku
Aku terkejut yang kedua kali
Dia membalas lagi dengan sebuah pertanyaan
Entah kerasukan setan rindu atau apa
Sadar tak sadar aku tap simbol telpon dipojok kanan chat room
Ya, aku menelponnya
Nada sambung yang berbunyi bak pisau yang menusuk nusuk hati
Sakit.
Jantungku berdegup kencang tak beraturan
Cemas.
Tulisan calling sudah berubah menjadi timer
Oh God, dia mengangkat telponku
...
Diam.
Hanya diam.
Hanya hembusan lembut nafasku dan nafasnya yang terdengar
Halo.
Suara itu
Suara yang sejak lama ku rindu
Akhirnya keluar dari sebrang sana
Iyah.
Ku beranikan diri untuk menjawab
Suaraku bergetar
Tanganku gemetar
Kembali diam.
Bodohnya aku, apa yang aku lakukan
Harus tanya apa aku
Apa ku matikan saja?
Apa kabar tar?
Ku urungkan niatku menyudahi tindakan bodohku itu
Baik. Kamu juga apa kabar?
Baik, katanya.
Lebih banyak diam.
Ya diam
Kami hanya diam
Entah apakah yang aku rasakan sama dengan yang dia rasakan
Kami terdengar seperti
Menahan sesuatu
Yang ingin sekali diungkapkan
Tapi ragu
Akhirnya kami saling tanya
Membuka sisa sisa ingatan yang gagal terkunci
Senang
Sedih
Bergerumul menjadi satu
Air mataku sudah menggenang menunggu untuk jatuh
Entah air mata bahagia atau ratapan kesedihan
Aku mencoba menyudahi percakapan yang penuh kesunyian
Benar benar ingin ku sudahi tapi rasanya tak ingin juga
Akhirnya dia yang memutuskan untuk menyudahi
Entah memang dia yang tak mau ini berlanjut
Atau dia paham aku tak kan kuat menyudahi sambungan ini
Ucapan selamat tinggal menetes dari bibir
Kembali ku ikhlaskan dia pergi
Tak lupa ku layangkan doa untuknya
Agar ia selalu bahagia
Terima kasih, kamu
Telah menutup kisah ini dengan cukup indah, dihiasi nyanyian rindu yang melagu dalam sendu
Terima kasih :')